Friday, April 8, 2016

Jika Tuhan Menentukan Takdir, Lantas Mengapa Manusia Dimintai Pertanggungjawaban?

Sebagaimana Allah Swt. telah mengatur rezeki, jodoh serta takdir setiap manusia. Bahkan semua yang ada di jagad raya ini tak ada yang luput dari pengetahuan dan penguasaan-Nya. Sehelai daun yang jatuh di tengah hutan belantara pun tidak luput dari pengetahuan-Nya bahkan telah diatur dan ditulis di Lauhil Mahfuz (baca surah Al An-am: 59).

Hal ini menunjukkan bahwa segala sesuatu, setiap langkah, sikap, tindakan, perbuatan manusia telah diatur oleh Allah Swt. Lantas mengapa Allah Swt. memintai pertanggungjawaban dihari kemudian? Bukankah orang baik dan jahat Dia yang telah menentukan? Mengapa Allah Swt. menciptakan seorang manusia dan menakdirkan dirinya kafir lantas nanti akan disiksa kembali? Adilkah hal ini? Jika semua meang telah diatur dan diskenariokan Allah Swt. lantas apa fungsi doa?
Ataukah memang manusia diberikan kebebasan untuk menentukan hidup? Namun jika demikian  di mana kuasa Allah Swt. untuk menentukan takdir ciptaannya?

Pahaman tentang kebebasan manusia memang terbagi menjadi dua.
Paham pertama yaitu bahwa manusia itu bebas. Pahaman ini adalah pahaman Free Will yang mengatakan bahwa Tuhan menciptakan manusia, setelah itu Tuhan pergi dan membiarkan manusia berproses tanpa campur tangan-Nya. Maknanya adalah bahwa segala sesuatu itu ditentukan oleh manusia itu sendiri sesuai apa yang diusahakannya. “dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya” (QS. An-Najm: 39). Jadi paham inilah yang mempercayai kebebasan manusia menentukan hidup tanpa ada campur tangan Tuhan, dan segala sesuatu memang manusia sendiri yang menentukan dan didapatkan sesuai usahanya sendiri.

Paham kedua yaitu bahwa manusia tidak bebas, yakni paham determinisme. Segala sesuatu Tuhanlah yang menentukan, bahkan manusia yang membunuh sesungguhnya tuhan yang menghendakinya. “Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. Al-Anfaal:17).  Jadi, paham inilah yang mempercayai bahwa segala sesuatu itu telah diatur. Sehingga manusia hidup semata-mata hanya menjalani skenario yang telah diatur oleh Tuhan.

Jadi, semua takdir ditentukan oleh Tuhan atau ditentukan oleh manusia? Adakah campur tangan Tuhan atau tidak?

Rukun iman yang keenam adalah percaya pada qada dan qadar.
Qadar adalah sesuatu yang tidak dapat dirubah, seperti jenis kelamin. Kalau kita laki-laki tidak bisa jadi perempuan, bahkan operasi pun hakikat ke-laki-laki-an masih tetap ada bahkan fungsi biologis pun tetap melekat. Contoh lain adalah rambut hitam, memang diciptakan hitam. Sehingga ini memang tanpa ikhtiar dan kemauan kita sehingga tuhan tidak dimintai pertanggungjawaban nantinya. (ikhtiar contohnya: rambut hitam kemudian dipirang, maka ini yang akan dimintai pertanggungjawaban) mengubah ketentuan Tuhan.
Qada adalah sesuatu yang dapat diubah. Gelas yang kita pegang bisa kita tentukan jika dilepas akan jatuh dan jika dipegang tidak akan jatuh. Gelas yang dilepas akan jatuh karena ada gaya gravitasi. Hal iini adalah hukum Tuhan. Sehingga walaupun kita berdoa, jika gelas dilepas maka akan tetap jatuh karena Tuhan yang menentukan ketentuan itu.

Sebelumnya kami jelaskan bahwa berbicara mengenai kebenaran, ada yang disebut kebenaran kauniah yaitu yang tidak tertulis dan kauliah yang tertulis. Yang tidak tertulis inilah ilmu-ilmu tentang manusia dan humaniora serta sains atau ilmu alam. Sedangkan yang tertulis adalah Al-Quran dan As-Sunnah. Dan di sinilah Allah Swt.memberikan tanda-tanda, kode-kode untuk kita terjemakan dan pelajari.

Jadi, tanda-tanda inilah yang menjadi ketetapan Tuhan yang  jika dipelajari maka akan melahirkan pengetahuan yang kemudian dijadikan sebagai acuan untuk bersikap/bertindak. Contoh, air mendidih pada 100°C. Karena kuman telah mati sehingga air dididihkan sebelum diminum. Hal ini lah dari tanda-tanda yang diberikan yang dijadikan pengetahuan untuk landasan dalam bersikap.

Jadi, penentuan sikap dilandaskan dari pengetahuan yang dimiliki. Sikap yang konsisten akan menjadi karakter. Konsisten dan komitmen dalam bersikap (Amaliah) inilah yang kita  tentukan dari ketetapan yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. yang diterjemahkan dari tanda-tanda-Nya melalui pengetahuan (Ilmu). Dan semua itu tentunya harus dibarengi dengan keyakinan (iman). Sehingga beruntunglah jika kita bisa menyelaraskan antara Ilmu, Iman dan Amaliah dalam kehidupan.

Jadi initinya adalah, adanya kemerdekaan manusia serta keharusan universal. Kemerdekaan manusia dalam menentukan takdir itu ada di dalam diri manusia sendiri, dalam hal ini kemampuan untuk berikhtiar, menentukan sikap. Inilah yang akan dimintai pertanggungjawaban. Namun harus diketahui tentang Keharusan Universal yang merupakan ketepan Tuhan yang tidak bisa diubah. Dan inilah yang tidak dimintai pertanggungjawaban jika telah memenuhi syarat dan ketentuan.

-------
Inilah sedikit ulasan, mudah-mudahan dipahami dan mudah-mudahan ada manfaatnya. Berbicara mengenai kemerdekaan dan keadilan akan lebih kami perdalam lagi pada postingan-postingan selanjutnya.

Lebih baik yakin diatas kesadaran dari pada yakin dibawah kesadaran. Akan lebih sempurna keyakinan, jika kita tahu mengapa kita yakin dari pada yakin hanya yakin-yakin saja.

4 comments:

  1. Beruntung lah yg beruntung merugilah yg merugišŸ˜¢

    ReplyDelete
    Replies
    1. Beruntung dan rugi sebenarnya manusia yang memilih
      Tuhan dengan kekuasaan-Nya memiliki kemampuan menembus batas ruang dan waktu sehingga mengetahui apa yang akan terjadi nanti. jadi, Tuhan menetapkan keharusan uniuversal dan melihat bagaimana manusia menjalaninya. termasuk ikhtiar, usaha dan doa, dan atas sifat maha mengetahui-Nya, Tuhan menuliskan apa yang akan terjadi di lauhil mahfuz

      Delete
  2. Andai hidup ini bisa memilih maka saya akan memilih menjadi penghafal alqur'an atau sy memilih untuk menjadi cerdas ,sayangnya yg sy alami ternyata hidup ini tdk ada pilihan,kapasitas otak sy ternyata sdh di tentukan dan sy tdk diberi kemampuan menghafal alqur'an atau rumus2 spt otak profesor,maka saya tetap bersyukur dan tdk akan pernah menggugat keputusan Allah swt karena inilah yg terbaik menurut Allah untuk sy,Allah maha mengetahui apa yg hambanya tidak mengetahuinya.

    ReplyDelete