Sebagaimana Allah Swt. telah
mengatur rezeki, jodoh serta takdir setiap manusia. Bahkan semua yang ada di
jagad raya ini tak ada yang luput dari pengetahuan dan penguasaan-Nya. Sehelai
daun yang jatuh di tengah hutan belantara pun tidak luput dari pengetahuan-Nya
bahkan telah diatur dan ditulis di Lauhil Mahfuz (baca surah Al An-am: 59).
Hal ini menunjukkan bahwa segala
sesuatu, setiap langkah, sikap, tindakan, perbuatan manusia telah diatur oleh
Allah Swt. Lantas mengapa Allah Swt. memintai pertanggungjawaban dihari
kemudian? Bukankah orang baik dan jahat Dia yang telah menentukan? Mengapa
Allah Swt. menciptakan seorang manusia dan menakdirkan dirinya kafir lantas
nanti akan disiksa kembali? Adilkah hal ini? Jika semua meang telah diatur dan
diskenariokan Allah Swt. lantas apa fungsi doa?
Ataukah memang manusia diberikan kebebasan
untuk menentukan hidup? Namun jika demikian
di mana kuasa Allah Swt. untuk menentukan takdir ciptaannya?
Pahaman tentang kebebasan manusia
memang terbagi menjadi dua.
Paham pertama yaitu bahwa manusia
itu bebas. Pahaman ini adalah pahaman Free Will yang mengatakan bahwa Tuhan
menciptakan manusia, setelah itu Tuhan pergi dan membiarkan manusia berproses
tanpa campur tangan-Nya. Maknanya adalah bahwa segala sesuatu itu ditentukan
oleh manusia itu sendiri sesuai apa yang diusahakannya. “dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah
diusahakannya” (QS. An-Najm: 39). Jadi paham inilah yang mempercayai
kebebasan manusia menentukan hidup tanpa ada campur tangan Tuhan, dan segala
sesuatu memang manusia sendiri yang menentukan dan didapatkan sesuai usahanya
sendiri.
Paham kedua yaitu bahwa manusia
tidak bebas, yakni paham determinisme. Segala sesuatu Tuhanlah yang menentukan,
bahkan manusia yang membunuh sesungguhnya tuhan yang menghendakinya. “Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang
membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang
melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat
demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan orang-orang
mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui” (QS. Al-Anfaal:17). Jadi, paham inilah yang mempercayai bahwa segala
sesuatu itu telah diatur. Sehingga manusia hidup semata-mata hanya menjalani
skenario yang telah diatur oleh Tuhan.
Jadi, semua takdir ditentukan oleh
Tuhan atau ditentukan oleh manusia? Adakah campur tangan Tuhan atau tidak?
Rukun iman yang keenam adalah
percaya pada qada dan qadar.
Qadar adalah sesuatu yang tidak
dapat dirubah, seperti jenis kelamin. Kalau kita laki-laki tidak bisa jadi
perempuan, bahkan operasi pun hakikat ke-laki-laki-an masih tetap ada bahkan fungsi
biologis pun tetap melekat. Contoh lain adalah rambut hitam, memang diciptakan
hitam. Sehingga ini memang tanpa ikhtiar dan kemauan kita sehingga tuhan tidak dimintai
pertanggungjawaban nantinya. (ikhtiar contohnya: rambut hitam kemudian
dipirang, maka ini yang akan dimintai pertanggungjawaban) mengubah ketentuan
Tuhan.
Qada adalah sesuatu yang dapat
diubah. Gelas yang kita pegang bisa kita tentukan jika dilepas akan jatuh dan
jika dipegang tidak akan jatuh. Gelas yang dilepas akan jatuh karena ada gaya
gravitasi. Hal iini adalah hukum Tuhan. Sehingga walaupun kita berdoa, jika gelas
dilepas maka akan tetap jatuh karena Tuhan yang menentukan ketentuan itu.
Sebelumnya kami jelaskan bahwa
berbicara mengenai kebenaran, ada yang disebut kebenaran kauniah yaitu yang
tidak tertulis dan kauliah yang tertulis. Yang tidak tertulis inilah ilmu-ilmu
tentang manusia dan humaniora serta sains atau ilmu alam. Sedangkan yang
tertulis adalah Al-Quran dan As-Sunnah. Dan di sinilah Allah Swt.memberikan
tanda-tanda, kode-kode untuk kita terjemakan dan pelajari.
Jadi, tanda-tanda inilah yang
menjadi ketetapan Tuhan yang jika
dipelajari maka akan melahirkan pengetahuan yang kemudian dijadikan sebagai
acuan untuk bersikap/bertindak. Contoh, air mendidih pada 100°C. Karena kuman
telah mati sehingga air dididihkan sebelum diminum. Hal ini lah dari
tanda-tanda yang diberikan yang dijadikan pengetahuan untuk landasan dalam
bersikap.
Jadi, penentuan sikap dilandaskan
dari pengetahuan yang dimiliki. Sikap yang konsisten akan menjadi karakter.
Konsisten dan komitmen dalam bersikap (Amaliah) inilah yang kita tentukan dari ketetapan yang telah ditetapkan
oleh Allah Swt. yang diterjemahkan dari tanda-tanda-Nya melalui pengetahuan
(Ilmu). Dan semua itu tentunya harus dibarengi dengan keyakinan (iman).
Sehingga beruntunglah jika kita bisa menyelaraskan antara Ilmu, Iman dan
Amaliah dalam kehidupan.
Jadi initinya adalah, adanya
kemerdekaan manusia serta keharusan universal. Kemerdekaan manusia dalam menentukan takdir itu ada di dalam diri manusia
sendiri, dalam hal ini kemampuan untuk berikhtiar, menentukan sikap. Inilah
yang akan dimintai pertanggungjawaban. Namun harus diketahui tentang Keharusan Universal yang merupakan
ketepan Tuhan yang tidak bisa diubah. Dan inilah yang tidak dimintai pertanggungjawaban
jika telah memenuhi syarat dan ketentuan.
-------
Inilah sedikit ulasan,
mudah-mudahan dipahami dan mudah-mudahan ada manfaatnya. Berbicara mengenai
kemerdekaan dan keadilan akan lebih kami perdalam lagi pada postingan-postingan
selanjutnya.
Lebih baik yakin diatas kesadaran
dari pada yakin dibawah kesadaran. Akan lebih sempurna keyakinan, jika kita
tahu mengapa kita yakin dari pada yakin hanya yakin-yakin saja.
Beruntung lah yg beruntung merugilah yg merugiš¢
ReplyDeleteBeruntung dan rugi sebenarnya manusia yang memilih
DeleteTuhan dengan kekuasaan-Nya memiliki kemampuan menembus batas ruang dan waktu sehingga mengetahui apa yang akan terjadi nanti. jadi, Tuhan menetapkan keharusan uniuversal dan melihat bagaimana manusia menjalaninya. termasuk ikhtiar, usaha dan doa, dan atas sifat maha mengetahui-Nya, Tuhan menuliskan apa yang akan terjadi di lauhil mahfuz
Andai hidup ini bisa memilih maka saya akan memilih menjadi penghafal alqur'an atau sy memilih untuk menjadi cerdas ,sayangnya yg sy alami ternyata hidup ini tdk ada pilihan,kapasitas otak sy ternyata sdh di tentukan dan sy tdk diberi kemampuan menghafal alqur'an atau rumus2 spt otak profesor,maka saya tetap bersyukur dan tdk akan pernah menggugat keputusan Allah swt karena inilah yg terbaik menurut Allah untuk sy,Allah maha mengetahui apa yg hambanya tidak mengetahuinya.
ReplyDeleteGood
ReplyDelete